Agama Buddha dikenal memiliki ajaran yang paling kompleks dan dalam, banyak yang menyebut ajaran agama Buddha sebagai ilmu tingkat tinggi, yang mana mungkin sulit untuk dipahami. Padahal sebenarnya inti ajaran agama Buddha sangat sederhana lho, yaitu Tidak berbuat jahatPerbanyak perbuatan baikSucikan hati dan pikiran Hanya itu saja? Ya, sederhana sekali kan? Jika Anda kesulitan untuk memahami semua ajaran sang Buddha, bisa mulai dari 3 hal di atas sebelum mempelajari ajaran-ajaran sang Buddha secara lebih dalam. Tapi tau ga sih? Meskipun sederhana, ternyata melakukan 3 hal di atas itu tidak mudah lho. Silahkan Anda coba dan buktikan sendiri.Manusiadapar melakukan reflective thinking tetapi juga manusia tak mungkin menolak dogma sebagai divine truth yang tidak rasional, melainkan supernasional.65 E. Asas-asas Dalam Perenialisme Dalam pendidikan secara umum, filsafat perenial mempunyai asas yang bersumber pada filsafat kebudayaan yang berkiblat pada dua arah yaitu 66 : ¾ Perennial Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. PengantarSiapakah yang dalam realitasnya tidak pernah menginginkan, merindukan apa yang disebut dengan kebahagiaan? Bahagia, demikian kata ini menjadi tujuan setiap perziarahan manusia. Sebab tidak ada satupun manusia yang tidak merindukan kebahagiaan. Pada dasarnya manusia merupakan mahluk yang merindukan kebahagiaan. Kebahagiaan dalam hidup manusia ada berbagai bentuk. Ada yang bersifat semu dan ada yang bersifat abadi. Manusia dapat mencapai suatu kebahagiaan itu melalui berbagai cara, baik yang bersifat ekstern maupun yang bersifat intern. Perjuangan adalah salah satu bentuk yang digunakan manusia untuk mewujudkan kebahagiaan itu. Dalam tulisan ini saya akan menguraikan " Konsep Kebahagiaan menurut Buddha Dhamma dalam ajaran Budhisme".1. Arti Kebahagiaan dalam Realitas Kebahagiaan dipandang sebagai tujuan hidup manusia. Pernyataan ini mau menjelaskan bahwa Allah adalah tujuan akhir dari perziarahan manusia. Di dalam Allah manusia menemukan kebahagiaan yang utuh, sempurna, kekal-abadi yang tidak akan musnah dihempas waktu. Adapun kebahagiaan yang sempurna adalah Vita contemplative, hidup yang sarat dengan permenungana dan pemusatan pikiran, suatu situasi yang membuat manusia serupa dengan yang ilahi, mengkontemplasikan kebenaran sebagaimana Allah mengkontemplasikannya. Karena kebaikan dan kebahagiaan tertinggi bagi manusia adalah mengkontemplasikan Allah sendiri sebagai rasionalitas suprema. Manusia yang dalam hidupnya mengutamakan Sang Pencipta di atas segalanya merupakan proyeksi bahwa hidupnya benar-benar hanya untuk Allah, Sang Khalik. Manusia menyadari bahwa asal dan tujuan hidupnya adalah Allah dan ia memandang Allah sebagai yang nomor satu dalam kehidupannya. Ia menemukan kebahagiaan yang sejati di dalam Allah. Orang-orang yang hidup seperti ini adalah mereka yang menjalani hidup kontemplatif, askese mati raga, suka bermeditasi. Mereka menemukan Allah dalam keheningan, dan dengan keheningan inilah mereka mendapat kebahagiaan sejati. Kebahagiaan yang lebih luas dan mendalam adalah ketika manusia mampu berelasi dengan Tuhan dan sesamanya. Kebahagiaan yang diartikan di sini adalah kebahagiaan kekal bersama Allah. Namun dalam proses perziarahannya, manusia salah mengartikan kebahagiaan. Orang yang status ekonominya tinggi cendrung mengatakan aku sudah bahagia karena aku memiliki mobil yang banyak, ratusan perusahaan, hidupku berlangsung baik, dan lain sebagainya. Namun, orang yang sederhana namun memiliki iman yang besar kepada Allah akan mengatakan aku sudah bahagia karena Allah selalu menyertai dan mencukupi kebutuhanku sehingga hari ini aku bisa makan. Inilah perbedaan yang mendasar mengenai kebahagiaan antara orang yang lemah dan yang kuat, orang miskin dan orang kaya. Bahagia yang sejati hanya terdapat di dalam Allah, sebab Dialah yang memenuhi segala kebutuhan hidup Kebahagiaan dalam Ajaran Buddha menurut Budhha Dhamma Kondisi bahagia selalu ada dalam situasi apa pun dan inilah yang senantiasa dikejar oleh manusia pada umumnya. Manusia ingin hidup bahagia, tenang, tenteram, damai dan sejahtera. Sebagian orang mengejar kebahagiaan dengan bekerja keras untuk menghimpun harta. Dia menyangka bahwa pada harta yang berlimpah itu terdapat kebahagiaan. Ada yang mengejar kebahagiaan pada tahta dan kekuasaaan. Beragam cara dilakukannya untuk merebut kekuasaaan sebab menurutnya kekuasaan identik dengan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kehidupan. Dengan kekuasaan seseorang dapat berbuah banyak. Sebaliknya, orang sakit memandang kebahagiaan dengan cara yang berbeda. Baginya, kebahagiaan adalah ketika ia bebas dari sakit atau dengan kata lain ketika ia sehat. Orang miskin menyangka, kebahagiaan terletak pada harta kekayaan. Rakyat jelata menyangka bahwa kebahagiaan itu terletak pada kekuasaan. Lantas, apakah kebahagiaan yang sesungguhnya?Agama Buddha mengatakan bahwa "Kesejahteraan dan Kebahagiaan" itu bukan merujuk pada sifat badani dan jasmani setiap orang. Kesejahteraan dan kebahagiaan itu merujuk pada keyakinan dari dalam diri akan hakekat terakhir yang mutlak yang dikejar, yakni, keyakinan dan penuaian hasil kebajikan yang dikerjakan oleh diri setiap orang berdasarkan keyakinannya. 1 2 3 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya Dalamhubungan ini, Sang Pengendali Pikiran mengucapkan sabda sebagai berikut: “Dari nafsu keinginan timbul kesedihan, Dari nafsu keinginan timbul ketakutan, Bagi orang yang telah bebas dari nafsu keinginan, Tiada lagi kesedihan maupun ketakutan” (Dhp. 216) Buddha kadangkala lebih memperhatikan tujuan yang mengandung unsur pengobatan
Apaitu Agama Buddha? Dr. Alexander Berzin, Matt Lindén. Ajaran Buddha adalah serangkaian upaya terampil yang membantu kita untuk mengembangkan daya manusia kita secara penuh dengan memahami sifat sejati kenyataan. Didirikan 2.500 tahun silam di India oleh Siddharta Gautama—lebih dikenal sebagai Buddha—ajaran Buddha meluas ke seluruh Asia
Ajaranspiritual ialah mengupas kotoran/gambar2 itu sehingga kepribadian manusia menjadi terang seperti kesadran murni. Ada dua tahap ajaran Budha sesuai dengan kemampuan umat. Ajaran pertama mengandung ajaran agama, yaitu tuntunan dalam menjalankan darma, yang terdiri dari , keyakinan, moralitas dan kebijaksanaan.